Month: Agustus 2013
Emas Menanti GDP AS, Waspada Support 1405
Monexnews – Harga emas terlihat mendapatkan tekanan di kisaran 1430 an. Batang harga harian kemarin yang memliki ekor panjang di atas menunjukkan tekanan tersebut.
Support terlihat di kisaran 1405. Penembusan di bawah support ini bisa mendorong pelemahan lanjutan ke area 1390. Sementara resisten terdekat di 1424. Penembusan resisten ini bisa membawa harga menguat ke kisaran 1433 kembali.
Market movers harga emas hari ini adalah data ekonomi AS, GDP dan klaim tunjangan pengangguran. Kedua data ini terkait dengan isu tapering bank sentral AS. Hasil yang lebih bagus dari proyeksi berpotensi menekan harga emas kembali. Di samping itu, pasar juga akan menantikan pidato pejabat Federal Reserve James Bullard yang selama ini dikenal mendukung kebijakan pelonggaran kuantitatif lebih lama. Bila Bullard mengindikasikan dukungannya terhadap tapering, harga emas bisa tertekan.
(Ariston Tjendra)
Menguat, Emas Jajaki Peluang ke $1400
Monexnews – Harga emas terpantau menguat di awal pekan ini (Senin 26/08). Optimisme pelaku pasar keuangan terhadap realisasi wacana tapering atau pengurangan stimulus Federal Reserve mulai berkurang.
Kontrak emas untuk pengiriman September tercatat di level $1396.67 per ons pada sesi elektronik dan kuat di kisaran tertingginya sejak 6 Juni. Adapun laporan ekonomi yang patut dicermati oleh investor hari ini yaitu data durable goods orders edisi Juli 2013. Ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memprediksi penurunan angka order sebanyak 4.9%. Apabila estimasi itu benar-benar terwujud atau penurunannya lebih parah, harapan soal pancabutan stimulus dalam waktu dekat akan memudar dan memicu penguatan harga emas.
Data Commodity Futures Trading Commission untuk pekan yang berakhir 20 Agustus lalu memperlihatkan bahwa manajer keuangan bersikap optimis terhadap peluang kenaikan emas lebih lanjut. Kontrak bulan Desember sempat naik $25 atau 1.8% pada sesi perdagangan hari Jumat lalu, setelah data penjualan rumah muncul di bawah perkiraan. Secara mingguan, emas menutup pekan kemarin dengan kenaikan sebanyak 1.9%.
Pengamat: BI Rate Perlu Kembali Dinaikkan
Monexnews – Ekonom meminta Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bungaacuannya (BI rate), karena posisi saat ini yang sebesar 6,5 persen dinilai sudah tidak memadai dalam menghadapi inflasi secara year on year yang mencapai 8,61 persen. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasentiantono di Jakarta, Senin (26/8).
Ia menambahkan, dengan posisi BI rate saat ini, nasabah cenderung menarik dananya dan ditukar ke dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS). Jika hal tersebut dibiarkan, maka depresiasi nilai tukar rupiah akan terus berlanjut, dan berpotensi menimbulkan imported inflation.”Kalau itu terjadi maka inflasi bisa naik lagi ke 9 persen, atau bahkan 10 persen, tak terkendali. Jadi BI rate sudah tak realistis lagi untuk dipertahankan dan harus naik,” ungkapnya.
Senada dengan Tony, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty juga sependapat bahwa kenaikan BI rate dalam kondisi saat ini memang perlu dilakukan. Namun, kenaikan tersebut diharapkan tidak terlalu besar, maksimal 50 basis point atau menjadi 7 persen. “Jadi naikkan, misalnya sampai ke tujuh persen saja dulu, sambil melihat tren kelanjutannya seperti apa,” terangnya.
Jika kenaikan suku bunga acuan terlalu tinggi, lanjutnya, pihaknya mengkhawatirkan terjadinya trade off ke pertumbuhan ekonomi yang sudah melambat. Selain itu kenaikan BI Rate juga harus disertai dengan pendalaman pasar valuta asing dan tidak hanya bergantung pada kenaikan BI rate. “Masuknya arus modal asing ke dalam negeri setelah ada kenaikan BI rate belum bisa dipastikan kalau naiknya kecil., tapi minimal bisa mempertahankan modal yang sudah ada agar tidak reverse. Justru PMA (Penanaman Modal Asing) dan FDI (Foreign Direct Investment) yang perlu lebih diharapkan masuk untuk stabilitas arus modal kita,” pungkasnya.(ans)
Sumber: Rilis Resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia
RI Perlu Waspadai Potensi Kebijakan QE
gurangan atau penghentian stimulus moneter (Quantitative Easing) tahap ke-III di Amerika Serikat (AS). Demikian dikatakan Firmanzah, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, di Jakarta, Senin (26/8). “Apabila The Fed (Bank Sentral) AS benar-benar merealisasikan penghentian stimulus moneter tahap ke-III, maka kita perlu segera menghitung dan merumuskan kembali apakah obat penawar atau paket kebijakan yang kita miliki telah memadai,” katanya.
Firmanzah menilai, dibanding pada saat krisis ekonomi 1998 dan 2008, fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat. “Ekonomi kita saat ini jauh lebih kuat apabila dibandingkan pada 1998 dan 2008. Meskipun begitu, kewaspadaan, kecepatan dan ketepatan dalam policy responds perlu terus kita tingkatkan,” kata Firmanzah.
Pihaknya juga memandang, dampak pengurangan atau penghentian stimulus moneter di Amerika Serikat telah membuat goncangan, tidak hanya di Asia Pasifik misalnya India, Australia, Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, tetapi juga Amerika Latin. Misalnya Brasil yang dalam beberapa hari ini telah menggelontorkan 60 miliar dolar AS untuk menstabilkan nilai tukar mata uangnya dan pasar saham. Oleh karenanya terkait masalah tersebut, diakui firmanzah, sejumlah pihak mulai mempertanyakan situasi yang dihadapi Indonesia saat ini, di mana dikhawatirkan berpotensi menciptakan situasi krisis seperti pada tahun 1998.
Market Movers: Durable Goods Bisa Menguatkan Dollar AS Kembali
Monexnews – Buruknya data penjualan rumah baru AS yang dirilis Jumat malam, memicu pelemahan dollar AS terhadap mata uang utama dunia dan secara tidak langsung mengangkat harga komoditas termasuk emas dan minyak mentah. Dataperumahan yang di bawah ekspektasi ini memunculkan sentimen bank sentral AS mungkin tidak akan melakukan pengurangan / tapering stimulus pada tahun ini.
Masih kentalnya isu tapering membuat volatilitas pasar meninggi saat data-data ekonomi AS dirilis. Hari ini data ekonomi AS yang akan dirlis adalah data pesanan barang tahan lama / durable goods orders dimana data ini menunjukkan jumlah pesanan barang tahan lama di pabrikan Amerika Serikat. Semakin banyak jumlah pesanan akan berujung pada meningginya aktivitas manufaktur AS ke depannya. Data ini mungkin akan berimplikasi sama dengan data perumahan atau data ekonomi penting AS lainnya sehingga bila data ini lebih buruk dari prediksi, bisa melemahkan dollar AS apalagi di tengah membaiknya data-data ekonomi kawasan Eropa dan sebaliknya dollar akan menguat bila data ini lebih bagus dari prediksi.
Di sisi lain, harapan para pelaku pasar akan terjadinya tapering di September juga masih tinggi. Hal ini terindikasi dari naiknya yield atau tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang mencapai level tertinggi dalam 2 tahun di 2,92%. Isu tapering ini masih akan membayangi pergerakan pasar hingga awal tahun depan.
Sementara dari Jepang dikabarkan bahwa para pelaku pasar bersiap dengan rencana Abe untuk menaikan pajak penjualan di Bulan September nanti. Kekhawatiran pasar akan kemungkinan kebijakan kenaikan ini ditunda menyebabkan Nikkei tertekan.
Emas Mendaki, Waspada Support 1388
Monexnews – Monexnews -Harga emas mendapatkan support dari data penjualan rumah baru Amerika Serikat (Jumat, 23 Agustus 2013 21:00 WIB) yang di bawah proyeksi pasar. Buruknya data perumahan AS ini melemahkan dollar AS karena memicu asumsi di pasar bahwa pengurangan/tapering stimulus mungkin tidak dilakukan di tahun ini.Meski harga emas kini masih berada di kisaran di atas $1390 an/troy ons, penguatan lanjutan masih akan menghadapi ujian. Terlihat di grafik 4 jam, emas mendapatkan aksi jual ketika harga naik di atas 1400. Ini mengindikasikan sebagian pelaku pasar melihat harga di atas 1400 an ini sudah cukup tinggi.
Oleh karena itu, penguatan lanjutan ke area 1420an membutuhkan konfirmasi penembusan resisten di atas 1408. Sementara bila harga tidak mampu mempertahankan level 1388, koreksi bisa terjadi hingga ke area 1370-an.
Hari ini data durable goods orders / pesanan barang tahan lama AS bisa menjadi market movers harga emas malam ini. Data yang akan dirilis pada jam 19.30 WIB diperkirakan akan mengalami penurunan pesanan sebesar 3%. Bila hasil aktualnya lebih tinggi dari proyeksi, bisa menguatkan dollar AS kembali dan menekan harga emas dan sebaliknya.
Free Monex Corporate Seminar ( Beginner )
Introduction to Crude Oil Investment
- Tuesday, 27th August 2013
- 02.00 – 04.00 p.m.
- PT MONEX INVESTINDO FUTURES
- The City Tower Buillding 29th floor, M.H. Thamrin 81
- Jakarta Pusat 10310
Rapor Hijau Fundamental Negeri Tirai Bambu
Monexnews – Satu lagi data ekonomi telah memberikan kontribusi atas fase pemulihan negeri tirai bambu.data rilis cepat (flash) yang dikalkulasi oleh HSBC – China menunjukkan bahwa sektor manufaktur negeri komunis itu telah keluar dari zona kontraksi di bulan Agustus.
Angka aktivitas manufaktur PMI muncul kuat di level 50.1 untuk bulan Agustus dari sebelumnya di level 47.7 pada bulan Juli. Data tersebut langsung di sambut optimis oleh kalangan pengusaha khususnya eksportir yang memiliki kontribusi terhadap roda perekonomian negeri China. Sejumlah lantai bursa regional nampak kuat dan mampu memperkecil pelemahan sebelumnya karena di terpa oleh isu pengurangan stimulus moneter dari Federal Reserve Amerika.
Hasil minutes Fed-FOMC semalam menunjukkan pimpinan Federal Reserve – Ben Bernanke akhirnya setuju dengan rencana pengurangan stumulus moneter. Dan melalui Federal Open Market Committee (FOMC), bank sentral sepakat bahwa program stimulus moneter dengan pembelian obligasi $85 milyar/bulan belum bisa dihentikan, namun setuju untuk mulai dikurangi pada tahun 2013 ini terutama bila kondisi ekonomi terus membaik.
Kendati demikian, kalangan pelaku pasar masih bergairah setelah serangkaian data ekonomi China terakhir muncul dengan angka yang lebih baik dari sebelumnya. Optimisme pun masih nampak merebak di kalangan investor dengan asumsi perekonomian negeri Panda kian stabil setelah lebih dari dua tahun mengalami pertumbuhan yang melambat.
Fundamental Kokoh
Belum lama ini, China melaporkan angka industrial output melonjak 9.7% di bulan Juli dari bulan sebelumnya 8.9%, dan mematahkan estimasi 9%. Sedangkan penjualan ritel tumbuh 13.2% dengan tingkat inflasi stabil pada level 2.7%. Sementara data perdagangan China juga memaparkan tingkat ekspor melonjak +5.1% di Juli dari bulan sebelumnya (-3.1%). Dan berhasil mematahkan prediksi para analis sebesar +3%. Sedangkan angka impor melesat hingga +10.9% dari bulan sebelumnya di level (-0.7%). Padahal pemerintah sebelumnya memprediksi akan naik sebanyak +2.1%.
Rilis data tersebut cukup mengejutkan pasar karena di bulan sebelumnya (Juni) terjadi kontraksi. Sehingga sentimen positif kian mengakar yang sebelumnya telah diperkuat oleh indeks manufaktur pemerintah bulan Juli (NBS) yang tercatat 50.3 dibanding bulan sebelumnya pada 50.1.
Pemerintah pun nampak puas dengan hasil kinerja ekonomi yang turut memberikan kontribusi meningkatnya daya konsumsi masyarakat. Hal itu tercermin dari data yang menunjukkan penyaluran dana pinjaman oleh sektor perbankan meningkat jauh lebih besar dari perkiraan sepanjang bulan Juli lalu. Perbankan China telah menggelontorkan dana ke masyarakat (new yuan loan) hingga total 699.9 miliar yuan ($114.3 miliar) sekaligus mematahkan ekspektasi para analis yang memperkirakan 665 miliar yuan.
Dari sisi dukungan finansial, otoritas China sendiri juga telah menyalurkan uang segar ke masyarakat (money supply) dengan peningkatan sebesar 14.5% di bulan Juli dari bulan sebelumnya 14%. Kenaikkan tersebut jauh di atas ekspektasi sebelumnya sebesar 14.1%.
Altenatif lain yang diupayakan otoritas Beijing demi mendongkrak perekonomian adalah dengan terus menyalurkan stimulus hingga ke wilayah terpencil yang notabene menjadi penyangga kawasan maju. Di awal bulan, pemerintah China juga terdeteksi menggelontorkan stimulus ke kota-kota utama dan provinsi China yang bertujuan untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi daerah. Di sebutkan pula bahwa pihak Agricultural Bank of China Ltd telah menandatangani nota perjanjian “kerjasama strategis” dengan pemerintah pusat untuk mendapatkan pinjaman senilai 250 miliar yuan ($ 40.7 miliar) guna mendirikan sebuah zona perdagangan bebas.
Alhasil, angka-angka tersebut mengindikasi bahwa upaya pemerintah China dalam memompa momentum di sektor ekonomi, nampak sedang bekerja. Meskipun mayoritas kalangan pakar dan analis menyebutkan petunjuk dan indikator selanjutnya masih diperlukan. Dan sederet data tersebut setidaknya bisa menjadi pondasi untuk mendongkrak prospek pertumbuhan di kuartal III.
Banyak kalangan kini mulai optimis dan menilai pemerintah akan terus melanjutkan target langkah stimulus dan mengupayakan pertumbuhan GDP mencapai 7.7 persen tahun ini. Bahkan gubernur bank sentral China (PBOC) baru-baru ini kembali berjanji (20/8) akan meningkatkan dukungan keuangan bagi perekonomian dan dikatakan pula bahwa kebijakan akan baik-baik saja dan kondusif pada paruh kedua tahun ini.
Market Movers: Pasar Menanti FOMC Minutes
Monexnews – Kekhawatiran pengurangan stimulus Fed menjelang FOMC minutes (notulen rapat kebijakan moneter bank sentral AS) bulan Juli sudah nampak dari kemarin. Bursa-bursa saham mengalami aksi jual, harga-harga komoditi terkoreksi, nilai tukar mata uang negara emerging markets terus mengalami pelemahan terhadapdollar AS. Keadaan berlawanan terlihat pada nilai tukar mata uang kawasan Eropa dan Jepang yang justru menguat terhadap dollar AS.
Para pelaku pasar nampaknya ingin keluar dari investasi yang beresiko untuk sementara waktu sambil menanti kejelasan kebijakan moneter Fed selanjutnya.
Hari ini data ekonomi AS yang bisa menjadi market movers adalah data penjualan rumah second, data inventori minyak mentah dan yang paling ditunggu pasar, notulen rapat FOMC (FOMC Minutes). Apabila minutes yang dirilis dinihari nanti memberikan indikasi jelas mengenai tapering. Koreksi besar bisa kembali lagi terjadi pada instrumen-instrumen beresiko.
Sementara dari Inggris akan dirilis data Public Sector Net Borrowing dan CBI Industrial Order Expectation.
Emas Naik Sembari Nantikan FOMC Minutes
Monexnews – Harga emas mencatatkan penguatan tipis seiring investor menantikan hasil publikasi FOMC meeting minutes pada Kamis dini hari. Meningkatnya kepemilikan emas di SPDR Gold Trust sepertinya memberikan sentimen positif karena ini dapat sinyalkan munculnya optimisme terhadap performa harga logam mulia di kalangan investor. Kepemilikan emas SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, naik menjadi 914,12 ton kemarin. World Gold Council mengatakan permintaan emas dari Cina dan India masing-masing akan mencapai 1.000 ton untuk tahun 2013.
“Klien kami lebih tergoda untuk menambah kepemilikan emasnya. Meningkatnya harga emas belakangan, lemahnya dollar, dan kuatnya permintaan emas dari Cina memberikan sentimen positif,” ujar Helen Lau, analis komoditas di UOB-Kay Hian. Laporan analis ANZ bahkan menaikan target harga emas untuk akhir tahun 2013 dari $1300 menjadi $1380.
Meski demikian, investor masih terlihat waspada menjelang publikasi FOMC meeting minutes. Jika minutes memberikan bukti tambahan bahwa Federal Reserve dapat mulai kurangi pemberian stimulus moneter pada pertemuan September maka ini dapat mengurangi daya tarik emas. XAU/USD kini diperdagangkan $1371.51; coba menjauhi level rendah harian $1367.27
- 1
- 2
- 3
- Selanjutnya →